Mulai Hari Senin tanggal 8 Mei 2023, Kios Kopi Kita resmi mengoperasikan outlet baru di Lobby Gedung Ali Wardhana, Kantor Menteri Koordinator Perekonomian. Gedung Ali Wardhana berlokasi tepat di samping Gedung AA Maramis, yang merupakan bangunan bersejarah Kementerian Keuangan yang pernah menjadi istana Gubernur Jenderal VOC, Daendels.
Kios Kopi Kita di Gedung Ali Wardhana terbuka untuk umum dan dapat diakses melalui pintu samping atau belakang Gedung, terutama jika di pintu utama (depan) sedang ada acara seremonial atau kunjungan tamu resmi Menteri.
Menggunakan konsep coffee kiosk, memang hanya tersedia tempat duduk yang terbatas, namun jangan khawatir, tamu dapat duduk di area media center working space atau membawa kopi untuk dinikmati di area outdoor belakang gedung AA Maramis yang rindang dengan pemandangan Gedung bersejarah.
Pada saat soft opening ini, tunjukkan id card Kemenkeu, Kemenko, OJK, BUMN, LNSW atau Press ID untuk rekan media dan follow instagram @kioskopikita untuk mendapatkan tambahan diskon 20% dari harga soft opening.
Ditunggu kunjungannya ya, dan semoga Kios Kopi Kita bisa menyemangati hari kalian.
Kopi dan kopi specialty rupanya sudah menjadi kultur dan kebiasaan bagi banyak orang, makanya tepat bagi banyak bisnis food beverage dan hospitality seperti hotel atau penginapan. Adiwana Resort di Jl. Jembawan Ubud ini contohnya. Penginapan ini menyediakan pilihan menu spesialti kopi bagi tamu-tamunya. Jika di beberapa penginapan biasanya menyediakan fasilitas afternoon tea berupa pilihan teh dan makanan kecil untuk menemani waktu santai di sore hari, maka disini kita akan mendapati tawaran menu Americano, Espresso atau Cappuccino/ Coffee Latte.
Sebagai teman menikmati beberapa jajanan tradisional khas Bali, saya memesan Cappuccino, meskipun sebelumnya merasa akan mendapat Cappuccino khas hotel dengan standar minimal baik tampilan maupun rasa. Biasanya kita masih perlu menambahkan gula agar kopi hotel bisa dinikmati. Namun ketika pesanan saya datang, saya terkejut sekaligus bahagia. Betapa tidak, dari tampilannya saja sudah sangat menarik, dengan tekstur frothing susu yang silky dan latte art yang estetik. Ketika diicip, sungguh citarasa sebuah perfect cup hadir: intensitas kafein dan sweetness alami dari seduhan biji kopi arabika berkualitas.
Ketika waktu sarapan tiba, tidak sabar saya ingin kembali menikmati kopi seperti kemarin sore. Herbs Library Restoran, sesuai namanya resto ini menyediakan menu menu makanan sehat semacam makanan vegan, vegetarian dan bebas gluten, dengan pilihan daging terbatas hanya ikan dan ayam kampung. Menu-menu pilihannya ternyata selain sehat juga lezat dengan perpaduan resep dan bumbu tradisional sehingga akrab di lidah dan mudah dicerna. Di Meja Bar yang penuh dengan susunan buah dan sayur serta rempah segar, tersembul mesin La Marzocco PB 2 Grup dan grinder Mazzer. Seorang Barista dengan seragam tradisional Bali tampak cekatan mengoperasikannya.
Kembali menu menu kopi ditawarkan menjadi pilihan penutup selain free flow infused water dan jus buah segar yang menjadi pilihan. Kembali saya memesan Cappuccino seperti kemarin. Kembali Cappuccino itu datang dengan konsistensi sebuah perfect cup. Arabika Bali Kintamani diseduh dengan keseimbangan sempurna: sweetness yang memenuhi rongga mulut dengan intensitas medium berpadu dengan gurihnya susu segar yang di froth dengan baik dan suhu yang pas.
Meskipun merupakan bagian dari Adiwana Resort Jembawan, namun Herbs Library terbuka untuk umum, baik untuk sarapan, makan siang maupun makan malam. Letaknya juga muah diakses karena terletak di bagian depan penginapan atau di tepi Jalan Jembawan 1, tak jauh dari Kantor Pos Ubud.
Berjalan kaki menyusuri lorong-lorong perkampungan di sekitar pasar dan Puri Ubud sungguh merupakan kegiatan yang mengisi kebutuhan jiwa. Pemandangan perkampungan biasa di Pulau Bali yang diisi rumah rumah penduduk, berseling dengan balai banjar dan pura desa. Sesekali kami menemukan homestay terselip diantara warung tradisional dan restoran makanan sehat, vegan dan vegetarian dengan bahan organik yang sudah menjadi ciri khas destinasi kuliner Ubud. Tak lama berjalan menyusuri Jalan Jembawan melewati Kantor Pos Ubud, sampailah di persimpangan Jalan Sugriwa yang agak lebih lebar. Terlihat di sebuah warung sederhana beberapa penduduk lokal berkerumun antri untuk membeli sarapan pagi. Penasaran kami pun mendekati untuk mengetahui apa menu sarapannya, namun sayang ternyata kami tidak dapat menikmatinya karena warung tersebut ternyata menjual babi guling.
KEDAI KOPI MINIMALIS
Tidak jauh dari situ kami melihat sebuah kedai kopi yang sangat minimalis, di depannya terpampang papan bertuliskan “JURIA HOUSE”. dengan ukuran ruangan memanjang berukuran sekitar 8×3 meter yang diisi deretan kursi santai yang disusun sejajar menghadap jalan, terasa suasana yang hangat dan santai layaknya di rumah. Segera kami disambut ramah oleh Dicky, sang barista yang ternyata jauh merantau dari kota Bandung. “Kami tidak menyediakan milk base kopi“, jelasnya ramah sebagai pembuka. Memang ternyata Juria Coffee hanya menyediakan black coffee yang diseduh manual. Di meja bar sederhana namun rapih, terlihat hanya perangkat Dripper dan Flair Espresso manual. Berikutnya dia menawarkan beberapa beans yang tersedia. “Ini Malabar yang cupping score nya 90+“, jelasnya sambil mengangsurkan botol kaca berisi biji kopi malabar dari Jawa Barat. Wangi floral serta merta meruap saat tutup botol dibuka. Namun pandangan seketika juga tertuju pada satu botol bertuliskan “JURIA”. Saya pun berucap, bagaimana kalau Juria saja, diseduh dengan V60. Ya, Juria adalah kopi yang tergolong langka yang tumbuh di Flores. JURIA adalah turunan varietas Typica yang dibawa dari Sulawesi sekitaran tahin 1950. Pohon pertamanya masih tumbuh setinggi 5 meter di Desa Colol, Manggarai Timur. Kabarnya sebagai varietas kopi tertua dari Typica, pohon varietas Juria tidak sebanyak varietas lain yang tumbuh di Flores. Ditambah hanya panen sekali dalam dua tahun, tentu bisa menemukan biji kopi Juria adalah semacam keberuntungan.
MILIK WARGA NEGARA JEPANG
Sambil mulai menimbang dan merebus air, kami berbincang. Dicky bercerita bahwa kedai kopi JURIA adalah milik mendiang RYUICHI HIRAKAWA, seorang warga negara Jepang yang sangat cinta kopi dan Indonesia. Sayangnya beliau sudah meninggal ketika tenggelam saat berenang di salah satu pantai selatan Jawa sekitar enam bulan yang lalu, dalam usia 74 Tahun! Dan adalah permintaan dari keluarga di Jepang agar Juria House peninggalan beliau dirawat dan diteruskan oleh Dicky.
TASTING NOTES
Tak lama kopi kami pun sudah siap dihidangkan bersama segelas air putih dingin. Kopi Juria yang disajikan memiliki body medium, dengan citarasa yang sangat seimbang dan minim acidity khas seduhan gaya Jepang. Perpaduan tasting notes coklat, sedikit tembakau dan melon mengalir lembut. Sambil menikmati kopi Juria, kami duduk santai sembari melihat dan bertegur sapa dengan penduduk dan turis asing yang lalu lalang dan beberapa juga mampir ikut menikmati kopi asli Indonesia pilihan mereka.
KEHANGATAN DALAM KEBERSAHAJAAN
Jika kalian sudah bosan dengan toko kopi mewah yang berjamur di kota-kota besar dan kecil di Indonesia dan (seperti saya) merindukan kebersahajaan atmosfer kehangatan sebuah kedai kopi tempat bertegur sapa dan berinteraksi dengan masyarakat namun tetap menyeduhkan kopi berkualitas, Juria House bisa jadi tujuan kalian saat berlibur ke Bali.